VOLUME IX, WAHAI PUAN YANG MEMPUNYAI WAJAH TEDUH
NONA MANIS/138
Nona manis, hatimu galak sekali
Kamu diam dingin, namun menyapa
Tubuhmu adalah ranjang bagi puisiku terlelap
Kedua matamu adalah jendela
Menjadi alasanku bangun pagi
untuk membukanya.
Aku adalah laki- laki yang tak bisa membaca
Musim hujan entah musim kemarau
Wajahmu tetap teduh seperti biasa
Dan senyumanmu selalu segar
Seperti sarapan pagi yang dibuat ibuku.
NONA, ENGKAU BUNGA/139
Engkau bunga
Engkau tak dijual dimana- mana
Di Instastori ataupun Story WA
Aku bingung mencarinya.
Kadang selembaran koran
yang berisi pesanku tentang sebuah pertanyaan
menjadi alat tukar yang bisa ku gunakan
untuk menawar kabarmu hari ini.
Sialnya aku lupa mengambil kembalian
atas keacuhanmu
Di keesokan hari, minggu depan atau satu bulan lagi
Aku melakukan hal yang sama
Hingga aku miskin dan kehilangan banyak rasa.
NONA, ENGKAU TERSENYUM/140
Nona, tidak ada waktu pasti itu terjadi
Apakah aku diperbolehkan
merayakan senyuman mu kesekian kali ?
Beberapa kali aku merasakan gempa dalam diriku
Saat kita berpapasan dalam lempengan waktu
Aku merawat getaran ini hingga kesadaranku roboh
oleh kepergianmu
Bolehkah aku merayakan senyumanmu
Dengan acara sederhana, diselembar buku
tanpa ada tamu, hanya ada aku dan kamu.
Komentar
Posting Komentar