Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

PARADE HUJAN, EDISI SPESIAL RASA NOVEMBER

Puisi No.1 Memanglah benar mengagumimu sangatlah indah Namun ingatkan ku akan tak bisa memilikimu  itu sangat menyakitkan parah Aku sangat lelah mengganggumu Namun sangat riuh bila tak begitu Semestinya kau dan aku tak pernah bermula Jika hanya salah satu yang terbiasa dan yang lainnya hanya celaka Kita lupa sama- sama lupa Kau melupakan kita Dan aku lupa kita bukan apa-apa. Puisi No.2 Sejak kapan aku mengenal kota itu Atau sejak aku berjumpa denganmu Sejak kapan aku tinggal di kota itu Atau sejak aku mulai mencintaimu Dan sejak kapan aku rela pergi dari kota itu Atau sejak aku sadar hanya bisa mengagumimu. Puisi No.3 Kau indah Kata orang kau berubah Namun di hatiku kau tetap lumrah Aku hanya semakin dalam mengenalmu Karena itu kita menjadi sudah, dan kamu menjadi telah Dan apakah kau tahu ? Aku masih dalam pasrah. Puisi No.4 Aku ingin hujan  Tapi tak mengenal awan Aku ingin malam Tapi tak mengenal rembulan Aku ingin kau Tapi tak perkenalan dan sampai kini aku tak tau kau siap...

VOLUME III, BAGIAN 4, MUNAFIK

UMUR 20AN/13 Imajinasi tiada di umur 20an Kita menjadi abadi dengan kenyataan Mulai kehilangan kemunafikan, Egopun layu tak mempunyai harapan Di dalam tidur kita bangun dunia yang teduh akan makna Di dalam sadar kita sangat lelap melamun dan mengunjungi malam yang bercerita- cerita tentang dahulu kala Kita menyandarkan kepala kita pada kesendirian Sambil mengelus-elus masa depan  Dengan piyama hangat masa yang terlewat Kita tak berdaya, tak kuat. KALIMATMU WAKTU ITU/14 Aku rasa hati kembali lagi, Setelah siang, kalimat itu terucap Bodoh, terimakasih ku jawab Semua semakin reda  Tapi payung hanya menghindari dari hujan Bukan menyelesaikan semua perkara rintik yang berjatuhan Bahkan bingungnya aku Aku yang pergi Komunikasimu yang mati Ternyata aku belum bisa mandiri, untuk mati sendiri. LUKA YANG TAK KU RAMAL/15 Aku rasa aku dapat bertemu dirumahmu Namun hanya sekedar di telapak kaki itupun saat kau berjalan dengannya Sudah luka, terinjak pula. Bajingan, bajingan.. Andai aku pen...

VOLUME III, BAGIAN 3, ROMANCE

 KITA PASTI SENDIRI/7 Kita pasti sendiri Ungkap puisi, yang menjelma sarapan pagi Harus kita ambil sendiri Kita pasti sendiri Kareni itu kita tumbuh lagi Mekar bersamaan musim semi Kita pasti sendiri Bersamanya kita abadi didalam sunyi Karena kita sendiri. TIDAK MELAKUKAN APA-APA/8 Rindu terkadang tidak melakukan apa-apa Dia hanya berbaring di ingatan  dan menjelma waktu yang diam diantara malam- malam Rindu suka tidak melakukan apa- apa Jadi kita tidak apa- apa Tapi waktu, berdiri di belakang keramaian, sambil menulis frasa. PRIA TURUN KE BUMI, SEKEDAR HANYA JUM'ATAN/9 Sampai senin menuju kamis Pria hanya menjalani kehidupannya yang sepanjang kumis Dipotong dari kiri ke kanan hingga habis Karena pria turun ke bumi hanya untuk hari jum'at Bersama parfum yang lekat Dia kembali menuju pusat Dan sampai sabtu minggu Dia menjadi penonton yang suka mengigau tentang mu. AKU KEMBALI JATUH CINTA SAAT MELIHATMU/10 Puisipun klise memahami bahwa cinta tak mengenal masa Puisipun apatis mem...

VOLUME III, BAGIAN 2, ANOMALI

PENASARAN ADALAH ANOMALI/3 Baik sekarang sudah menjadi bosan Hanya dijadikan tempat penasaran Sisanya terbuang Kataku, bajinganlah Baik adalah baik Anomali penasaran membuatnya anarki Liar, bebas tak terkendali namun sedikit puisi Karena punya sedikit hati. MANUSIA TIDAK PUAS/4 Manusia- manusia tidak puas Menjadikan kata sempurna menjadi alas Hanya mementingkan suatu identitas Tak pernah memikirkan perasaan suatu entitas Hakikat suatu makna telah lenyap Identitas seperti hierarki profesi Seperti materi tanpa puisi Bunga plastik lebih abadi Melupakan apa itu seni Sumpah ku dalam puisi Jika seni tidak lebih mulia dari materi Akan ku abadikan dirimu dalam seonggok kelopak mataku yang sayu, yang layu, yang kaku. EGOIS DALAM DO'AKU/5 Duh Tuhan ku, Engkau Esa, hambamu sudah kehabisan asa Terimalah doaku bersama ragaku yang separuhnya terbuat dari ragu Jadikanlah cinta yang terlahir prematur ini Menjadi takdir yang mudah aku atur Dalam kisah yang bisa ku tulis Sesuai apa yang Engkau garis...

VOLUME III, BAGIAN 1, MAHASISWA SEMESTER AKHIR

 PENYUSUNAN PUISI/1 Mahasiswa punya masa tapi tak punya waktu Dia terbuat dari lampiran- lampiran tugas yang membuat hatinya menjadi kelabu Dia merangkai menjadi proposal baru untuk menghadapi masa semester tujuh Mahasiswa akhir harusnya membuat puisi merangkai kenangannya dengan sistem penulisan yang baik Mulai latarbelakang jatuh cinta rumusan permasalahan, Hingga kesimpulan bahwa cinta harus berakhir di sini. MENCINTAI BUKU/2 Saat waktu itu tiba, Mahasiswa mulai mencintai buku Karena vonis kronis Dosbing, Waktunya tinggal beberapa bulan lagi. Mahasiswa mulai membuat wasiat wasiat terakhir Seperti aku akan menyelesaikannya bulan ini Dengan cara sederhana,  dengan begadang yang luarbiasa Overdosis dengan kopi Hingga jarang mengkonsumsi hati.

VOLUME II, BAGIAN 4, KEMATIAN DI MALAM MINGGU

MALAM MINGGU BERTAMU/12 Entah hujan turun atau tidak Malam minggu tetap bertamu didepan pintu, menanyakan perihal kamu Sudahkah ia menjadi rindu, kata malam minggu Setelah kejadian dahulu antara aku dan kamu. TEMPAT SAMPAH/13 Apakah dirimu sedang kacau Aku lihat, sampah berserakan di hatimu Kalau kau butuh tempat sampah Aku orang yang tepat untuk menunaikan Karena selain tak berguna, hatiku juga masih kosong. CINTA MALAM MINGGU/14 Cinta tak seharusnya datang di malam minggu ia bisa datang saat senin maupun bulan depan  Karena di akhir bulan, cinta tak bisa ditawar. Rindu-rindu harus ditunaikan Karena ketentuanya, slip puisi sudah terisi oleh diksi dua digit yang berbunyi ''Aku menunggu'' SEPERTIGA MALAM MINGGU/15 Cinta tak seharusnya menunggu Begadang di sepertiga malam minggu Bersama balasan dari chatmu  yang tak kunjung chatku membiru Kau kira langit saja yang indah ketika membiru Balasan chatmu jauh lebih indah ketika ku tunggu. Sampai esok pagi... Sayang , kau bisu ...

VOLUME II, BAGIAN 3, PLUVIOPHILE

 MANTRA/7 Beberapa mantraku kembali pada puisi yang telah luntur atas hujan semalam Sayang sekali seorang penyihir  membeli nasi goreng di pinggir jalan Sayang sekali, Aku dan penyihir sama- sama kehilangan.  WAKTU/8 Sesuatu yang tepat  untuk melupakan waktu Adalah cara yang tepat untuk mengingatmu. MATAMU/9 Lalu kita bertemu di matamu Aku menuju jingga  Dan kau berdiri di samping abu-abu Aku melakukan perjalanan jauh menuju mata Kau menunggu, lalu lupa. LANGIT SEDANG BAGUS/10 Diam, jangan bergerak  kataku untuk mu Ku lanjutkan, langit sedang bagus Jangan sampai ia jadi mendung sedih Karena cemburu akan gerak senyummu dan kedipan matamu yang lebih indah ketimbangnya. HUJAN TAK BERTAHAN LAMA/11 Karena takut kita terus bersama Jadi hujan segera tiada Supaya dirimu dapat melanjutkan perjalanan Dan aku bisa melanjutkan  kesendirian.

VOLUME II, BAGIAN 2, KITA HARUS MENJADI BODOH UNTUK JATUH CINTA

HALAMAN RUMAH KITA/4 Kehidupan bukanlah suatu yang tiba-tba Namun kita saja yang kurang pandai merasa Di setiap halaman rumah kita Cinta selalu saja kita sapu setiap pagi Kita kumpulkan untuk menjadi api Membakar setiap sunyi yang pernah kita dapati Kita ulangi lagi  Setiap cinta yang kita dapati Kita kumpulkan untuk menjadi sunyi. RABUN JAUH/5 Sejauh apapun Aku akan tetap bisa melihatmu Karena cinta tidak pernah mengalami rabun jauh Namun cinta membuat orang dungu. CINTA TAK PERNAH SAKIT, HANYA SAJA BODOH/6 Cinta tak pernah tercipta dari kecerdasan Mereka hadir dari guyonan dan lelucon Yang dipungut dari pandangan mata Dari sampah- sampah pertemuan  yang berserakan di jalan lusuh juga terkadang kotor. Namun begitu, cinta tak pernah sakit Dia hanya bodoh dsn sedikit gila Dia terawat di malam hari  Mekar dari chat dan telepon dari kekasih.

VOLUME II, BAGIAN 1, PUISIONER

HIKAYAT CINTA SINGKAT/1 Baris bebaris satu persatu sajak-sajak mulai tewas Setelah peperangan mulai dikumandangkan Tersebut didalam sebuah hikayat cinta yang singkat, rasa cinta yang panjang Gurindam mulai di tinggalkan  Saat sang kekasih mulai tak berasa Sayangnya setelah kematiannya, Cinta hanyalah sekedar tahta dan harta. PAHLAWAN PUISIONER/2 Setelah kemarau berkepanjangan Para veteran cinta mulai mengumpulkan kenangan yang ditulis kembali sebagai puisi Dalam kamus bahasa indie mereka disebut Puisioner Kegagalan dalam mempertahankan kekuasaan cinta Tahta mereka di hati seseorang mulai runtuh Mereka duduk sembari menikmati kopi dan juga linting tembakau di tangan kiri Pena ditangan kanan mulai bekerja rodi tanpa imbalan apapun  Mereka terasingkan di hati sendiri Membangun jalan menuju puisi diakhir coretannya tertulis '' mati '' Dan sebabnya masih ditelusuri hingga hari ini. HARAPAN KEKASIH/3 Saya harap engkau memenangkan perang yang telah memakan banyak korban  mulai...

VOLUME I, BAGIAN 3, CUMOLONIMBUS

HANTU- HANTU MENGUSIK/12 Hantu- hantu di tengah malam akhir musim penantian Merasuk ke sela- sela sunyi Seorang anak bangun karena ketidaknyamanannya Hantu- hantu menyelinap masuk Melalui harapan, putus asa, dan hujan ditengah pusaran awan hitam Anak itu terbunuh  Oleh hantu yang biasa disebut kenyataan. KOTA YANG SERING BEGITU/13 Aku pergi dari kota ini Sebagai mestinya aku kembali Bertaut satu demi satu Dari mulai pilu hingga rindu Tersusun sepanjang jalan yang aku lahap,  untuk sekedar memuaskan rasa temu Aku dan kota yang sering begitu kita saling menulis dan memperkenalkan puisi masing- masing Kota yang terlalu sering mendung hujan dan aku yang terlalu sering sarah perasaan. APAKAH REMBULAN MENGIKUTI KU/14 Apakah rembulan mengikutiku? Ataukah bangunku kesiangan? Oh, atau atau puisiku itu kalimat buangan yang tak sengaja  ditemu? Saat aku berjalan  Dia mengikuti ku seperti kekasih  Saat aku diam  Dia meninggalkan ku dengan lirih Saat aku lihat di akhir ...