Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2024

VOLUME V, POHON YANG MATI

DI KEDAI KOPI/46 Di kedai- kedai kopi Di bait-bait puisi Aku hanya ingin mengajak dirimu Duduk bersamaku Menikmati puisi denganku. HALAMAN TERAKHIR/47 Pada halama terakhir yang tersisa Belum sempat ku cerita Karena rindu, cinta dan musik mengabdi pada rahasia Biar halaman terakhir itu Tuhan dan waktu yang menyeru Dan aku tinggal menunggu. PENYAIR SUKA BUNUH DIRI/48 Sedemikian penyair suka bunuh diri Mereka mengantungkan  lehernya pada puisi Menghentikan napasnya jika tidak menulis Kadang mematahkan jemarinya di setiap baris Para penyair memang suka  mati Mereka suka yang abadi  Pada Tuhan dan pada puisi Kadang juga menyebut pada sunyi yang kembali pada diri sendiri. AKU MASIH HIDUP DAN MASIH MENCINTAIMU/49 Ini hanya sekedar rindu Aku masih disini Dengan pesan yang sama  Aku masih merindukamu disana Ini hanya sekedar tanda baca yang tak harus kau artikan Aku masih hidup Dengan cinta yang sama Namun kau masih menganggapku tiada. PEJABAT BANGSAT/50 Mereka tak memfasilit...

VOLUME V, LENA MU

BARANGKALI/42 Barangkali rindumu masih terselip diantara lembar-lembar buku puisiku Yang ku tulis setiap aku duduk  diatas namamu Seringkali satu atau dua kali jatuh ke lantai Dan waktu memungutnya  bersama temu Aku dan kamu Barangkali ingatan mu masih terselip di saku celanaku Yang jarang ku cuci Karena aku takut kehilangan apapun tentang dirimu. SESEKALI/43 Sesekali aku ingin mengenang lagi Bahwa aku pernah bercinta sendiri Dalam cerita yang seharusnya  kita tulis bersama Ternyata dirimu sudah menjadi tokoh ditulisan orang lain Mungkin tulisanku waktu itu hanya menjadi sebuah plagiasi Untungnya aku hanya menulis puisi Jadinya hatiku saja yang dipidana mati. HAI, SAPAMU PADAKU/44 Hanya tiga huruf saja yang kau suarakan padaku Berjuta puisi mekar  yang pertama, dihatiku yang kedua, disekeliling jantungku dan terakhir, di kedua bola mataku Ku tulisnya di kedai kopi dengan sendiri Tak seorangpun ku ajak Kecuali pena dan buku ditangan kanan Serta sebatang tembakau di ta...

VOLUME V, AKU MASIH SUKA MENGUNJUNGIMU

KOTA YANG PENUH HUJAN/34 Aku masih suka mengunjungimu Kota yang penuh hujan Tiap hari tak ada jedanya Tubuhku basah dalam perjalanan Kota yang serakah akan air mata Hingga harus ku obati tiap saat dengan puisi Mungkin tidak menyembuhkan Namun luka yang menganga berangsur tak terasa. ALASAN ABADI/35 Dirimu adalah alasan abadi ku tulis puisi Gerak bibirmu ku tulis menjadi langkahku Kedipan matamu ku langkahkan untuk menulis Langkah kakimu kuikuti untuk mengabdi Detak jantungku ku baca untuk pedoman Senyummu ku gunakan untuk mati Jika tidak, Aku akan melihatmu pergi. MENU UTAMA/36 Sudah tak ku hidangkan lagi temu Namun kasir seringkali lupa Menulisnya di buku menu, Sialnya ada yang pesan lagi, Apa yang harus aku masak sekarang ? Menghubungimu kah? Halah, aku mengambil cuti saja Supaya orang lain yang bekerja. CEPAT ATAU LAMBAT/37 Cepat atau lambat hujan akan segera reda  Cepat atau lambat kita akan menjadi kenangan Cepat atau lambat, Kau terlalu cepat menemukannya Sementara aku terlal...

VOLUME IV, CINTA TAK PERNAH MENARIK PAJAK BAGI RAKYAT

NEGARAKU TAK PERNAH MEMFASILITASI RINDU/31 Negara tak boleh ikut campur dalam kebebasan Karena cinta lebih tinggi dari kekuasaan Negara tidak boleh menghukum atas rasa yang diungkapkan Karena rindu lebih luhur dari peraturan Jika negaraku tak memberi ruang untuk bertemu Tidak memberi pekerjaan pada rindu Sebaiknya aku tetap menunggu Atau aku harus berdemo didepan para pemangku- pemangku Supaya rinduku sampai padamu. KELAS KEBAWAH/32 Jika saja rasa cinta dipajaki negara Betapa miskinnya para kelas bawah Setiap hari setiap jam Dia harus bolak balik membayar sejumlah sesal didalam cintanya Yang terkadang tak tepat orang Belum lagi biaya memendam rindu yang menghabiskan perasaannya  Dilihat saat akhir bulan Kelas bawah mulai  kehilangan harapan. PUISIKU TERMASUK BARANG PREMIUM/33 Apakah sekarang juga Harus ku lunasi semua Setiap bait- bait yang telah ku tulis Karena negara butuh kasih Berapa semunya Tarif pajak yang dikenakan di setiap rasa suka Kalau boleh kasih aku waktu Aku but...

VOLUME IV, CINTA SEPERTI RUH YANG RIUH

CINTA ADALAH RUH YANG RIUH/22 Cinta itu seperti ruh Dia tak bisa tumbuh Dia tak mempunyai umur tak mempunyai alat ukur Tidak ada namanya cinta masalalu ataupun cinta masa depan Cinta adalah cinta itu sendiri saat kini Cinta tak bisa terbilang dia tak bisa terbagi Cintak tak bisa bekurang dan juga bukan rendah maupun tinggi Yang ku tahu cinta itu hidup kadang juga redup Siapa sangka, Sekarang cinta kehilangan dirinya. PEKERJAAN YANG TAK BISA DITUNDA/23 Pekerjaan yang tidak bisa ditunda ketika hujan datang adalah mengangkat jemuran dan merindu dia yang telah hilang. TOKO FOTOCOPY/24 Di sebuah fotocopy Rangkain temu tercetak dengan rapi Sederhana, namun sarat akan mata Ku lihat huruf- huruf tersusun rapi di kanan dan kiri bola matamu Aku mengeja banyak suku kata Namun pemahamanku cuma satu saja INDAHH. SUARA BRISIK/25 Suara brisik pagi hari Saat kedua perpustakaan ini terbuka Pengunjung pertama yang datang dan serta menunggu hingga berjam- jam dibalik pintu Adalah bayangmu yang ku rindu. ...

VOLUME IV, RINDU ITU DATANG TENGAH MALAM

CINTA TAKKAN PERNAH BISA MERAKYAT/15 Cinta tak pernah bergurau dengan jabatan- jabatan Ia juga bukan jelata- jelata sekarang Kau tak punya harta, cintapun harus merela Sekedar berjumpa dan bercanda Cinta takkan pernah ada Cinta tak pernah bergurau dengan kata dan tawa Ia sekarang materi dan realita Kau tuna etika, cinta masih bisa Asalkan apa yang dimau didapat Cinta takkan pernah merakyat. CINTA KADANG SUKA LEMBUR/16 Cinta kadang suka lembur bekerja Datang malam, tak pulang- pulang hingga sekarang Kadang juga ia tak mandi Hanya sekedar sedetikpun tak mau melewatkan Tugas dari kedua bola matamu Yang menyuruhnya begadang, hingga larut malam. KATAMU HUJAN/17 Dalam parade- parade bulan ini Kau suka menonton dari balik mantel Hangat dan dingin tak bisa dipisah Engkaupun mulai resah. Kenapa hujan tak reda, katamu Sambil berteduh, hujanpun mulai angkuh hingga malampun menulis suratnya Untuk azan- azan yang bergumam Untuk para pekerja yang ada dalam kerinduan. HUJANPUN TAK BERKATA/18 Jikalau ...

HUJAN DI BULAN DESEMBER, EDISI SPESIAL RASA DUKA

SEBUAH PERCAKAPAN SINGKAT SEORANG WANITA/5 Selalu ada yang menanti di bulan desember Dengan hujan, dia menayakan kabar dengan seseorang Kalimatnya tak sesuai dengan keromantasisan Tapi Desember tahu, Selalu ada suka di setiap rintiknya Akan kemana aku dibawanya Tanpa ketidakpastian percakapan singkat seorang wanita Doa ku hanya satu  Semoga kau suka membaca Puisi-puisiku bulan Desember ini. DINAFKAI PUISI/6 Karena puisi tak berbentuk perempuan Cintapun tak berbentuk ungkapan Rindupun hanya sebuah karangan Manusia yang fakir ini berhamba pada puisi Hujan jangan marah  Karena manusia ini makan cinta dari puisi Menyiram rindu dengan keresahanmu Pagi dan siang milik Tuhan Sementara Sore dan malam Berpuisi bersama-Nya KAU KINI DIMANA?/7 Rindupun keliatannya kosong Sedang kehabisan barang Hujan yang ditengarai menjadi penyebabnya Pasokan rindu terisolir dalam ego Kini kau dimana ? Kata pemuda yang telat sarapan Hatinya yang keroncongan Egonya yang tak kenyang-kenyang. DESEMBER/8 Des...

VOLUME IV, DUDUK DIHADAPANMU

PUISI ITU DUDUK BERSILA DIHADAPAN KITA/12 Kau tahu, mendung tak melulu mencintai hujan Kadang dia mencintai adam dan hawa yang duduk bersama dalam bicara Kata yang terucap, dari adam dalam hati Kau cantik tak berubah,  dengan bunga khayalan di telinga  Adam berpuisi kembali. BUNGA DI TELINGA/13 Kau biru, sedamai senyummu Saat jumpa kau kembali  Aku kembali mengingatmu saat itu Kau biru, sebagai aku yang ungu Aku melihatmu, ketika duduk Engkau masuk bagai bunga yang indah di telinga. PAGI-PAGI ENGKAU MEMUNGUT SKRIPSI/14 Engkau ayu dengan jalanmu melalui angin-angin yang mencuri harummmu Kau melintasi jejakku yang jarang kembali Sesampai disini, kau memungut skripsi Sementara aku kembali dan kembali, menjadikanmu puisi Dalam baitnya berbunyi, Mungkin jika aku mencintai,  aku akan tetap di tahun ini Entah sekosongapapun tahun ini Serendah apapun keadaannya Bersamamu beberapa jam saja Bunga- bunga digurun yang lebat  kembali tumbuh tanpa sebab.

VOLUME IV, SEMESTINYA

SEJAK KAPAN/1 Sejak kapan aku mengenal kota itu Atau sejak aku mengenalmu  Sejak kapan aku tinggal dikota itu Atau sejak aku mencintaimu Dan sejak kapan aku sedih pergi dari kota itu Atau sejak aku sadar hanya bisa mengagumimu HUJAN PERTAMAKU DIDEPAN PINTU/2 Meskipun kita sudah tidak pada bumi yang sama Suasana mendung, hujan, angin ini masih terasa sama Awan mendng terburu- buru cepat membawa angin yang terbuat dari gumpalan rindu Pada musim yang sudah lama ditunggu Karena hujan telah di bulan juni lagi. HATIKU BERSUARA/3 Hatiku selalu bersuara  Ketika hujan datang  Aku mengira  Hatiku adalah atap  yang berbunyi tik-tik Saat aku mengingatmu KENAPA/4 Kau sekarang agak kurusan Perkataanku saja Padahal pada inginku Kita saling berbagi beban pikiran Karena cintaku susah mencari pekerjaan. PAGI UNTUKMU/5 Aku rasa setelah berbicara denganmu pagi itu Tak ada permasalahan yang tak ku senangi  Tapi rindu mengirim lamarannya di malam hari Membuatku harus membacanya ...